Sumber foto: Asian Agri
https://www.asianagri.com/images/articles/tentang-kami/Training.JPG
Dunia bisnis bagi pengusaha Sukanto Tanoto bukan sekadar mencari profit. Lebih dari itu, perusahaannya dijadikan sarana untuk memberi manfaat kepada masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan nyata oleh Asian Agri yang mampu menghadirkan dampak positif bagi petani kelapa sawit.
Sukanto Tanoto merupakan sosok pendiri sekaligus Chairman Royal Golden Eagle (RGE). Perusahaannya menjadi induk sejumlah perusahaan lain yang bergerak di sektor pemanfaatan sumber daya.
Berkat tangan dinginnya, RGE sudah berkembang menjadi korporasi kelas internasional dengan aset lebih dari 20 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Bisnisnya pun tidak hanya ada di Indonesia. Sayap RGE telah membentang di Asia Tenggara, Cina, India, serta Brasil.
Dari beberapa anak perusahaan di bawah RGE, Asian Agri termasuk yang terdepan. Perusahaan ini bergerak di industri kelapa sawit yang menjadi bidang bisnis awal Sukanto Tanoto bersama RGE.
Saat ini, Asian Agri sudah menjadi pemain penting di industri kelapa sawit di Asia. Kapasitas produksinya mencapai 1,2 juta metric ton per tahun. Hal itu diperoleh dari pemanfaatan lahan perkebunan seluas 100 ribu hektar yang dikelola secara mandiri.
Akan tetapi, ada nilai lebih dari perusahaan Sukanto Tanoto ini. Mereka rupanya begitu konsisten dalam menjalin kemitraan dengan masyarakat. Secara khusus, Asian Agri selalu bermitra dengan para petani kelapa sawit dalam skema hubungan yang saling menguntungkan.
Hal tersebut tidak mengherankan. Perusahaan Sukanto Tanoto ini memang pelopor kemitraan petani dan perusahaan di Indonesia. Merekalah yang ikut merintis kehadiran program PIR-Trans pada 1987. Ketika itu program diawali dengan kerja sama antara petani kelapa sawit di Provinsi Riau dan Jambi.
Program tersebut masih berjalan baik hingga kini. Bahkan, pada akhirnya Asian Agri memperluas kemitraaan. Mereka tidak hanya bermitra dengan para petani plasma, namun juga bekerja sama dengan para petani swadaya. Langkah itu dilakukan sejak 2012 bersama dengan petani di Provinsi Riau, Jambi, dan Sumatera Utara.
Hal ini membuat jangkauan kerja sama Asian Agri dengan petani sangat luas. Tercatat tidak kurang dari 30 ribu petani yang mendapatkan manfaatnya. Terlebih lagi perusahaan Sukanto Tanoto ini secara konsisten menggulirkan program m Komitmen Kemitraan One to One yang dimulai sejak 2017. Dalam skema tersebut, mereka ingin pengelolaan kebun kelapa sawit petani mitra memiliki luasan yang sama dengan kebun inti milik perusahaan.
Target itu akhirnya bisa dicapai. Saat ini kemitraan dengan petani telah mencakup lahan seluas 101 ribu hektar. Dari jumlah itu, 60 ribu hektar merupakan jumlah lahan dari petani plasma. Sedangkan lahan seluas 41 ribu hektar lainnya diperoleh dari kolaborasi dengan petani swadaya.
KERJA SAMA SALING MENGUNTUNGKAN
Kemitraan dengan Asian Agri selalu disambut baik oleh para petani. Pasalnya, dalam kerja sama tersebut kedua belah pihak berkolaborasi untuk mendapatkan keuntungan bersama.
Hal ini terlihat dari skema kerja sama PIR-Trans. Dalam hal ini, Asian Agri bertindak sebagai inti bagi para petani plasmanya. Sebagai induk, perusahaan Sukanto Tanoto ini memberi dukungan lengkap bagi pengembangan hasil perkebunan petani plasma.
Bentuk dukungan sangat lengkap dari hulu hingga hilir. Dari awal saja, Asian Agri sudah menyediakan bibit unggul bagi para petani. Sesudahnya mereka memberi pendampingan dalam pengelolaan perkebunan. Tim khusus ada yang mengajari petani dalam mengelola kebun secara benar.
Bukan hanya itu, pupuk dan anti hama yang diperlukan oleh petani juga disediakan. Semuanya akhirnya dilengkapi dengan pembuatan sarana infrastruktur seperti jalan supaya pengiriman hasil panen lebih mudah.
Terkait harga jual, petani bisa bernapas lega. Sebagai inti, Asian Agri akan membeli hasil panen sesuai dengan standar harga yang ditetapkan oleh pemerintah. Dengan demikian hak petani tetap terlindungi.
Prinsip serupa diterapkan kepada petani swadaya. Tidak mengherankan banyak petani swadaya yang tertarik bermitra dengan perusahaan Sukanto Tanoto tersebut karena dianggap menguntungkan.
Lebih dari itu, petani pun mendapatkan ilmu yang lebih besar. Mereka juga dilatih untuk menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pengelolaan perkebunan. Hasilnya petani sampai berhak memperoleh Premium Sharing yang dibagikan oleh perusahaan per tahun.
Sebagai contoh pada Maret 2019, dana senilai Rp4,3 miliar dibagikan sebagai Premium Sharing kepada petani. Nanti dana tersebut akan diteruskan kepada 72 koperasi petani plasma yang bekerja sama dengan Asian Agri.
ALTERNATIF PENGHASILAN
Sumber foto: Asian Agri
https://www.asianagri.com/images/articles/penciptaan-nilai-bersama/ID_Fishery_06_14309.jpg
Kerja sama dengan Asian Agri membuat petani mampu meningkatkan hasil perkebunannya. Otomatis hal ini sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan petani. Namun, perusahaan Sukanto Tanoto ini tidak berhenti sampai di situ. Mereka juga memberi dukungan lain supaya petani benar-benar bisa mandiri.
Dukungan diberikan dalam bentuk pemberian alternatif sumber penghasilan bagi petani. Hal ini terutama ditujukan kepada para petani yang bersiap menghadapi masa peremajaan atau mereka yang kebunnya memasuki usia yang kurang produktif.
Bentuk dukungan berbeda-beda. Pertama, Asian Agri menggulirkan program Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit (SISKA). Dalam inisiatif ini petani dilatih beternak sapi dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit seperti pelepah daun sawit, perasan buah, serta bungkil sawit sebagai pakan ternak.
Berkat itu, petani tidak perlu mengeluarkan dana besar untuk pakan. Selain itu, terkait bibit ternak, Asian Agri juga menyiapkan dana yang bisa dikelola oleh koperasi petani untuk mempersiapkannya.
Dalam memelihara ternak, Asian Agri juga menyediakan tim untuk mendampingi petani. Dengan demikian, ternak sapi akan selalu berada di kondisi yang sehat. Semuanya dilengkapi dengan pelatihan pemanfaatan kotoran sapi.
Lagi-lagi perusahaan Sukanto Tanoto ini mau mengajari petani untuk mengolahnya menjadi pupuk atau biogas. Pupuk bisa digunakan sebagai penyubur tanaman kelapa sawit atau dijual. Sedangkan biogas bisa dimanfaatkan untuk sumber energi memasak, sehingga petani lebih bisa menghemat pengeluaran.
Selain beternak sapi, Asian Agri juga mengadakan program peternakan lele. Mirip seperti peternakan sapi, dalam budidaya lele, perusahaan Sukanto Tanoto ini juga melakukan pelatihan dan pendampingan.
Program ini sudah berjalan sejak 2013 di kelompok tani ikan di Desa Batu Anam yang berada di sekitar Gunung Melayu. Mereka memelihara lele dari jenis bibit lele sangkuriang. Adapun pemeliharaannya dilakukan di kolam terpal dan tanah.
Peternakan ini sangat menjanjikan. Pasalnya, hasilnya bisa cepat dipetik. Dalam jangka waktu tiga bulan, petani telah bisa memanennya.
Selain beternak, Asian Agri mengajari pula pertanian hidroponik kepada petani. Contoh pihak yang merasakan dukungan tersebut adalah mereka yang tergabung di Asosiasi Berkah Makmur Bersama. Mereka diajari berkebun sayur dengan metode tersebut. Hasilnya, para petani mampu memproduksi sayur-sayuran yang tidak hanya dikonsumsi sendiri, namun dapat pula dijual.
“Pada awalnya kami menekuni hidroponik ini karena saya lebih suka cara perawatannya yang mudah hanya dengan media tanam air. Hasil panennya pun bisa dikonsumsi dan dijual. ” kata salah seorang petani mitra, Jumadi.
Hal yang dirasakan Jumadi hanya satu contoh. Masih banyak petani serupa yang merasakan manfaat dukungan Asian Agri. Mereka benar-benar mampu hidup mandiri berkat kemitraan dengan perusahaan Sukanto Tanoto tersebut.