Teknologi membuat segalanya mudah, termasuk membeli pulsa. Kehadiran mobile banking, e-commerce dan layanan sesuai permintaan seperti Tokopedia dan Go-Jek mengubah cara konsumen membeli pulsa, dari pergi ke konter menjadi mengklik langsung pada smartphone mereka.
Menurut informasi meskipun terlihat lebih maju, ternyata Membeli Pulsa melalui saluran digital seperti di atas hanya mengendalikan 3% dari total transaksi pulsa di negara ini. Sekitar 20% berasal dari pembelian di pengecer modern seperti Alfamart dan Indomaret.
Data tersebut disampaikan oleh salah satu CEO selama wawancara meja bundar dengan kru media membahas strategi MKNT membangun platform TI untuk memfasilitasi distribusi pulsa.
Ada berbagai alasan mengapa pembelian pulsa di counter fisik masih tinggi. Pertama, pulsa adalah “barang dari angin” alias barang yang diperdagangkan berdasarkan kepercayaan. Konsumen Indonesia masih khawatir pulsa yang mereka beli tidak masuk atau diterima.
Kedua, konsumen Indonesia memilih untuk berbelanja pulsa dalam jumlah kecil, seperti Rp. 5.000 atau Rp. 10.000, meskipun frekuensi pembelian sering. Jangan lupa kunjungi juga tautan tukar pulsa ini.
Apa Penyebab Konsumen Indonesia Masih Membeli Pulsa di Konter?
Hingga saat ini, 95% dari pendapatan MKNT yang merupakan distributor resmi Telkomsel berasal dari penjualan pulsa. Sedangkan 5% diambil dari penjualan smartphone. Saat ini, perusahaan memiliki 125.000 outlet dari 15 cluster yang tersebar diberbagai daerah. Ada dua cara yang bisa meningkatkan pendapatan MKNT sebagai distributor pulsa.
Pertama, MKNT memperoleh cluster baru atau area pemasaran. Namun, dalam hal ini Telkomsel masih merupakan operator yang berwenang. Operator sekarang memiliki 21 distributor dengan total penjual pulsa terdaftar yang mencapai 400.000 outlet.
Kedua, peningkatan frekuensi pembelian pulsa oleh konsumen akhir, yang menuntut outlet untuk membeli lebih banyak pulsa ke distributor. Dia mengatakan, saat ini, bisnis pulsa didorong oleh pembelian paket data dan paket perdana. Sementara itu, pulsa untuk telepon (suara) dan SMS menurun.
Semakin cepat jaringan broadband saat ini, yang telah menyentuh 4G LTE, semakin mudah bagi konsumen untuk menjelajahi dunia online. Artinya, pulsa data semakin tersedot. Jika itu masalahnya, konsumen akan lebih sering membeli pulsa.
Dia tidak khawatir bahwa kehadiran startup digital yang menjual pulsa kepada pengguna akan mengganggu bisnis yang telah dia bangun sejak satu dekade lalu. Sebab, MKNT punya satu amunisi lain. Salah satu anak perusahaannya sekarang menjadi pemasok pulsa untuk salah satu pasar terbesar di negara itu.
Untuk meningkatkan ukuran pasar perusahaan, itu bekerja dengan salah satu pinjaman peer-to-peer untuk memberikan pinjaman kepada mitra penjualan yang ingin meningkatkan skala bisnis mereka. Kendala bagi penjual pulsa untuk berkembang adalah masalah modal yang terbatas.
Sejak diluncurkan pada November tiga tahun lalu, ada 6.000 outlet yang menggunakan layanan ini. Strategi ini berhasil meningkatkan permintaan pulsa dari mitra sekitar 23%. Katanya, semakin sering gerai memesan, berarti semakin cepat produk diserap oleh konsumen. Perusahaan, yang fokus pada voucher prabayar Telkomsel dan penjualan kartu perdana.
Yakin dapat memperoleh laba bersih sekitar Rp90 miliar hingga Rp100 miliar pada dua tahun lalu. Sayatan itu diyakini akan tercapai karena target pendapatan perusahaan diproyeksikan akan meningkat sebesar 60% dari Rp6 triliun pada tiga tahun lalu menjadi Rp. 10 triliun. Itulah penjelasan mengapa konsumen Indonesia masih Membeli Pulsa di konter. Semoga bermanfaat.